Ternyata Dengan Disiplin Melakukan Hal Ini Kamu Bisa Mewujudkan Selebrasi Kelulusan


Mahasiswa. Status itu adalah status yang paling berharga dalam hidupku, alasannya, karena untuk menjadi mahasiswa tidaklah dapat diulang, tentu karena waktu tidak menunggu. Menjadi mahasiswa adalah masa dimana kebebasan tidak dapat direnggut oleh siapapun, kebebasan berpendapat, bersuara, berekspresi, bebas mengembangkan diri dan masa-masa yang disebut sibuk itu adalah suatu yang nikmat dalam porsinya sendiri.

Mengungkapkan itu tentu karena pada masa itu, masa yang aku gunakan untuk aktiv, yang disebut sebagai aktivis. Aktiv dalam suatu organisasi ekstra kampus yang memiliki peran dalam bermacam aktivitas internal kampus hampir setiap saat membuat siapa saja menjadi sibuk, termasuk aku sendiri, sehingga selama kuliah, aku sendiri hampir tidak pernah liburan. Liburannya aktivis sering aku masukkan dalam setiap acara sosial, dari sanalah sering memanfaatkan mencuri waktu untuk sekalian refresing.

Terlalu nikmatnya menjadi sibuk itu sering memunculkan banyak kasus dalam akademik para mahasiswa dan melahirkan hipotesis kalau organisasi membuat kamu tamat tertunda. Namun bagi aku pribadi nih, itu tidak ada masalah, selama kamu tetap produktif untuk mengembangkan diri. Karena tentang hipotesis tersebut pendapat, kita boleh dong berpendapat juga.

Menjadi aktivis yang baik itu harus punya target dong buat tamat, saat waktu target itu telah datang aku mulailah untuk fokus mengerjakan skripsi, saat itu cukup menguras waktu, tenaga dan pikiran. Aku sampai 2 semester mengerjakannya dan harus sering bergadang untuk mendapatkan waktu yang tenang untuk mengerjakannya. Mengerjakan selama 2 semester membuahkan hasil yang baik, terbukti dengan selesainya skripsi tersebut. Seperti kata salah seorang mantan Mendikbud, “skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai”.

Selesainya skripsi tersebut motivasinya pasti sebagai syarat untuk menyelesaikan studi dong, kenapa harus selesai? Karena tanggungjawab pada orang tua juga yang utama. Namun ada motivasi kedua yang selalu membangkitkan semangat untuk menyelesaikannya.

Suatu ketika saat masa-masa bergelut dengan revisi, salah seorang teman yang punya travel penjualan tiket, mengirim pesan melalui aplikasi smartphone, pesannya berisi paket tiket promo pulang pergi Medan Lombok seharga Rp.1.300.000, Mendapatkan informasi tersebut, hati sama pikiran bertambah kacau lagi jadinya.

Mengerjakan skripsi mulai terganggu oleh visualisasi gambar Lombok yang mudah ditemukan di internet. Hal yang membuat gejolak lainnya, karena aku juga memiliki target bila selesai wisuda nanti aku harus bisa liburan sepuas mungkin. Target ini agak-agak mirip seperti balas dendam, karena  sebelumnya salah seorang teman SMA yang kuliah di Jakarta sempat mengajak untuk berencana selesai wisuda nantinya mendaki Gunung Simeru, tapi itu juga sudah tidak lagi ada kejelasan.

Untuk meredakan hati dan pikiran yang gundah gulana menanggung revisian, aku mulai menghitung dan memperkirakan waktu menyelesaikan hingga sidang dan dapat wisuda. Saat waktunya ketemu tidak serta merta semuanya mereda, sebab aku harus membongkar celenganku yang tidak teratur diisi. Dengan rasa waktu berjalan lambat, entah kenapa membongkarnya juga terasa lama.

Saat terbongkar sudah celengan itu, detak jantungku berdetak lambat, sehingga dentumannya keras terasa. Keraguan melihat uang yang beserak tampak tak cukup untuk mendapatkan tiket, berakibat hasrat yang mengecil, tapi tetap aku susun baik baik sambil memikirkan bagai mana caranya menutupi kekurangan.

Selesai menghitungnya, dugaan di awal tadi tidak meleset, uang untuk tiket liburan kurang Rp.4.050.000. Malampun berlalu tanpa mimpi indah, tidur tidak nyenyak, lantaran terus berfikir. Namun esok harinya saat pikiran mulai jernih, aku mencoba menghubungi teman yang menginformasikan tiket promo tadi.

Setelah panjang lebar bercerita dan mencoba membujuknya, akhirnya dia bersedia untuk memberikan pembelian tiket dengan dua kali bayar. Dengan itu akupun bisa tenang dengan kepastian dapat berangkat ke Lombok pada bulan Maret 2016.

Bergelut dengan waktu kujalani, dengan focus untuk dapat sidang tepat waktu, akupun mulai berusaha rutin menabung tiap bulannya, dengan meminimkan belanja yang tidak masuk kebutuhan, menghemat pemakaian kertas untuk laporan revisi yang nantinya akan dicorat coret oleh pembimbing.

Hingga aku sidang tepat pada waktunya, dengan nilai sidang skripsi memuaskan, aku urus segera keperluan syarat untuk wisuda pada bulan sebelas. Setelah wisuda aku harus menunggu 4 bulan hingga bulan maret nanti. Selama menunggu itu aku sengaja  memilih untuk kembali ke Gunungsitoli.

Kedua orangtuaku dari Sumatera Barat telah lama merantau di Kota itu, mereka berdagang disana, yang perlu diingat setelah wisuda, tidak ada lagi perkulihan tentu tidak ada lagi uang bulanan, dan sangat kecil kemungkinan untuk bisa menabung. Bila di rumah aku bisa membantu orang tua, dan mendapatkan uang belanja perhari, tapi tidak perlu dibelanjakan.

Semua berjalan dengan lancar dan tabunganku juga semakin lumayan buat traveling ala backpacker gembel tapi harus tetap kece dengan perlengkapan yang sudah dipersiapkan. Tiba di Medan sempat menemui teman-teman kuliah yang pada protes karena tidak diajak, saat itu aku hanya bisa minta maaf karena benar-benar telah melewatkan mereka, karena pada saat itu sudah sibuk mencari kerja lantaran sudah lebih dulu tamat.

Medan kota sejuta ketua, Sumatera Utara, dan pulau Sumatera pun ku tinggalkan, pulau Jawa ku lewati saja. Tiba di Lombok malamnya aku harus mencari penginapan terdekat dengan bandara, lantaran malam sudah angkutan umum resmi bandara tampak tak beroperasai lagi, terpaksa menggunakan travel pribadi yang sejak dari aku keluar bandara menawarkan jasanya.

Aku cukup cuek saat itu mencoba mengajak ngobrol salah satu supir travel, setelah panjang lebar cerita, ia mengajak aku untuk ikut dengannya untuk diantarkan kepenginapan terdekat. Tampak ia ingin pulang lantaran tidak ada mendapatkan penumpang.

Sebelum menerima tawaran tersebut aku memastikan terlebih dahulu harga ongkosnya agar tidak ada terjadi hal yang tidak diinginkan, namun ia menolak untuk membicarakannya, setelah tolak menolak terjadi, dan berakhir membebaskan saya menentukan, kami pun berangkat, perbincangan selama perjalanan tidak terlewatkan hingga kami masuk kejalan lebih kecil tanpa lampu jalan dan fokus melirik penginapan yang ternyata itu sebenarnya kos kosan, dan disitulah aku menginap menunggu pagi esok tiba.

Esok pagi kuputuskan untuk berjalan-jalan disekitar penginapan sambil mencari sarapan dan informasi yang aku butuhkan, agak sedikit cemas lantaran tampak jalan lintasan daerah tersebut tidak kelihatan adanya angkutan umum. Namun kecemasan tersebut reda akibat penawaran salah seorang pengunjung untuk mengantarkan via ojek ketempat aku bisa mendapatkan angkutan ke Sembalun.

Sembalun adalah  Desa yang berada di kaki Gunung Rinjani. Tujuan utama Rinjani adalah pengganti kekecewaan aku terhadap ketidakjelasan rencana ke Gunung Semeru.

Setelah membuat janji untuk bisa berangkat, siangnya aku kembali ke penginapan untuk bersiap-siap, sambil mencari informasi yang aku butuhkan di media sosial. Di era teknologi informasi saat ini, sangatlah mudah untuk mendapatkan informasi ter-update, sangking updatenya aku mendapatkan informasi bahwa pendakian rinjani ditutup hingga bulan April.

Pulau Komodo Bersama Teman Jalan Dari Bandung
Kecewa bukan main saat itu, panik dengan keadaan, ku buka lagi catatan rencana perjalanan, dan akhirnya aku putuskan untuk memakai plane (B) yang rutenya lebih dahulu untuk berangkat ke Labuan Bajo. Aku menhubungi kembali ojek untuk menanyakan kesediaannya untuk mengantar ke Terminal Mandalika.

Dengan menambahkan ongkosnya, aku pun diantar ke Terminal Mandalika, dan ia memastikan hingga aku mendapatkan Bus tujuan Labuan Bajo, yang sebenarnya tidak ada bus tujuan langsung, karena nantinya harus pindah angkutan lagi hingga sampai ke penyeberangan terakhir yang tiba disana langsung berlabuh di Labuan Bajo.

Gunung Kelimutu Dengan Latar Dua Danau Dari Danau Tiga Warna
Dalam penyeberangan aku bertemu 2 sekawan dari bandung. Dalam obrolan masing masing menjelaskan tujuannya, kami memiliki tujuan yang sama, namun mereka memiliki tujuan yang lebih jauh lagi.
Tujuan perjalan mereka lebih panjang daripada yang aku rencanakan, dan tujuan mereka membuatku tergugah, kembali gelisah, detak jantung kembali berdebar-debar, semangatku kembali menggebu. Tujuan mereka adalah Taman Nasional Kelimutu. Tepatnya Gunung Kelimutu. Kalau ada yang gak tau coba cek aja ke “Mbah Doogle”.

Gunung Rinjani Dengan Latar Danau Segara Anakan
Saat mendapatkan sesi percakapan yang pas, aku langsung menanyakan kesedian teman baruku itu agar aku bisa ikut bersama mereka, tanpa ragu keduanya langsung mengiyakannya. Dan kami bertiga akhirnya dapat mengunjungi 3 Taman Nasional selama backpacking bersama.

Backpacking ke Taman Nasional Komodo, Kelimutu, dan Rinjani aku lalui dengan penuh ketidakpercayaan dapat mengunjunginya, banyak yang diluar rencana yang terjadi. Bagaimana mungkin aku bisa mendatangi ketiga tempat tersebut tanpa disiplin untuk menabung, semua berkat kesungguhan menabung untuk apa yang aku rencanakan dimasa akan datang pada saat kuliah.
Menabung bukanlah menyimpan uang yang tersisa, sejatinya menabung itu menyisikan uang untuk disimpan.


Menabunglah sedari muda, karna dengan menabung kamu belajar bersabar, melatih untuk berhemat, memastikan untuk mewujudkan apa yang diimpikan di masa depån.
“Cerita ini didukung oleh Bank Sumut”
#ayokebanksumut
#banknyaorangsumut

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hallo saya menykai jalan-jalan,seni,desain grafis,fotografi,profesi tetap saya sendiri sebagai entrepreneur.

1 komentar: