Aku pergi seakan lama akan kembali, perasaan dan detak waktu yang berjalan saat packing adalah bagian dari rencana yang harus dilalui dengan penuh rasa gelisah. Kali ini harus kutinggalkan kembali kedua Orang Tua dan kedua saudara ku. Masa-masa ini tidak kali ini saja terjadi, saat akan masuk SMP dan masuk Kuliah momen yang sama juga terjadi.
Meninggalkan
mereka pada saat itu adalah tuntutan pendidikan, sebab aku harus
menuntut ilmu di kota-kota yang berbeda. Namun kali ini ada yang
berbeda, kali ini memiliki multi misi. Kegelisahan yang kuat harus
dilalui dan harus kutinggal di Kota Medan. Medan bagi ku adalah kota
tempat belajar jadi orang dewasa, belajar idealisme, belajar
menyelesaikan masalah dan belajar berorganisasi.
Sebab
masa persiapan dan pembekalan di Kota Medan telah berakhir, maka
packing ku juga harus berakhir. Esoknya tepat pukul sebelas aku harus
meninggalkan rumah kontrakan yang baru saja aku dan adik perempuan ku
tempati, hal itu juga yang menyebabkan kedua Orang Tua ku berkunjung ke
Medan. Kondisi pada saat itu membuat aku cukup merasa senang dengan
kehadiran mereka, sebab aku dapat pamit dengan baik kepada keduanya.
Dalam
masa saat meninggalkan rumah keluar dari pagar terdengar sorak kecil
dari dalam : "Kris mama photo dulu" selang aku membalikan badan sosok
perempuan yang jarang kutemui pasca SD itu telah siap memotret diri ku
yang sedang menggendong kedua ransel. Ini seperti drama saja, tapi
itulah yang terjadi. Mungkin baginya saat-saat itu adalah moment dimana
mula dia akan melepas anaknya merantau, seperti budaya dari Nagari
Minangkabau yang merepresentasikan budaya tersebut lewat pepatah : "Karantau madang di hulu Babungo babuah balun Marantau bujang dahulu Di kampuang paguno balun"
Langkah
ku ayunkan hingga tiba di pinggir jalan, Badara Kualanamu jadi tujuan
pertama ku.
Di kota Medan biasanya bila ingin kebandara aku cukup
menunggu di jalan yang dilalui Bus Damri, Rumah kontrakan sangat dekat
dari titik tersebut, dari rumah aku menggunakan Betor (Becak Bermotor)
utnuk sampai ke Makam Pahlawan yang terletak di Jln. Sisingamangaraja
yang sering disebut SM Raja, dari sana nantinya aku menunggu Bus Damri
lewat yang ke arah Bandara.
Dari Kota Medan menuju Bandara menggunakan
Bus Damri akan dikenakan biaya IDR 20K. Menunggu Bus di Makam Pahlawan
ini akan bayak tawaran angkutan lain yang datang,
Travel pribadi dan
Taxi akan menghampiri untuk menawarkan antaran menuju Badara, tarifnya
beragam mulai dari IDR 50K sampai 150K.
Saat
menunggu Bus aku juga mengalami banyak tawaran dari angkutan lain,
diantaranya Taxi yang mencoba merayuku dengan membayar IDR 100K. Namun
karna ingin menghemat budget tawaran tersebut ku tolak, dengan alasan
menunggu Damri saja. Taxi tersebut berlalu, berkali-kali ditawarkan
Taxi, akhirnya aku jadi luluh dengan kegigihan seorang supir Taxi yang
sempat pergi dan memutar Taxinya untuk kembali menerima negosiasi akhir
IDR 50K yang sempat aku sampaikan untuk menolak tawaran. Akhirnya kami
melaju menuju Bandara Kualanamu, mulai Pergi dari Deli.
ABOUT THE AUTHOR
Hallo saya menykai jalan-jalan,seni,desain grafis,fotografi,profesi tetap saya sendiri sebagai entrepreneur.
Mantap...
BalasHapuslanjutkan Anak muda
Thaks bro
Hapusikuti terus aja blognya